150 Tahun Prangko di Indonesia

Secara resmi, Administrasi Pos Indonesia didirakan pada tanggal 27 September 1945, namun sejarah prangko Indonesia bermula dari tanggal 1 April 1864 ketika prangko pertama Hindia Belanda diterbitkan.


Hindia Belanda

Prangko pertama pada masa Hindia Belanda dicetak di Utrecht, Belanda pada tanggal 1 April 1864. Desain prangko tersebut berupa gambar wajah Raja Willem III dari Belanda dengan nominal 10 sen dan tanpa perforasi. Prangko dirancang oleh T.W. Kaiser dari Belanda. Pada masa antara tahun 1864 sampai dengan tahun 1920, desain prangko hanya menampilkan gambar wajah Raja dan Ratu Belanda, beberapa ditampilkan dengan desain tipografik.


Masa Penduduk Jepang

Pemerintah Militer Jepang di bawah tekanan suasana perang dunia, tidak dapat dengan segera menerbitkan prangko baru. Jalan keluar tercepat adalah dengan melakukan cetak tindih prangko-prangko yang masih ada peninggalan kolonial Belanda. Prangko definitif mulai diterbitkan pada tahun 1943, menampilkan objek desain rumah tradisional, penari, candi, dan pemandangan sawah. Beberapa desain dibuat oleh Dick Ruhi dan juga oleh Basuki Abdullah yang merupakan salah seorang pelukis ternama di
Indonesia.

Prangko Pertama Republik Indonesia​

Prangko pertama yang terbit setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Administrasi Pos Indonesia, diterbitkan pada tanggal 1 Desember 1946. Desain prangko menampilkan seekor banteng yang sedang mengamuk dan tulisan "INDONESIA MERDEKA". Prangko dicetak di Yogyakarta dengan teknik cetak yang sangat sederhana. Kebanyakan prangko Indonesia pada masa itu dicetak atau dicetak tindih di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Pematangsiantar, Padang, Palembang, dan Aceh.


Periode Awal Masa Kemerdekaan Indonesia​

Pada tahun 1945, percetakan modern pertama yang bernama "Percetakan Kebajoran" telah dibuka. Momentum tersebut menjadi permulaan proses
pencetakan prangko di dalam negeri. Perancang lokal bermunculan, seperti Amat bin Djupri, Kurnia & Kok, Jurnalies, dan lain-lain. Pada periode ini, pemerintah memesan desain dan produksi prangko kepada Percetakan Kebajoran, kemudian Pos, Telegram dan Telepon (PTT) memiliki tugas mendistribusikannya ke seluruh Kantor Pos di Indonesia

Masa Orde Baru dan Masa Kini​

Menjelang pemerintahan akan mengumumkan REPELITA, pemerintah menerbitkan prangko dengan jumlah yang cukup besar dengan berbagi tema. Tema umum untuk penerbitan prangko pada masa Orde Baru diambil dari pertumbuhan dan pembangunan nasional yang berkaitan dengan aktivasi sosial, seni, budaya, dan pariwisata. Selanjutnya, prangko dicetak oleh PERURI (Percetakn Uang Republik Indonesia), sebuah perusahaan penggabungan dua perusahaan Negara, PN Percetakan Kebajoran dan PN Atha Djaja. Sejarah menunjukan bahwa prangko yang semula hanya digunakan sebagai alat bukti pelunasan biaya pengeposan, pada akhirnya mulai digunakan juga untuk berbagai misi dan fungsi.